1. IMT (INDEKS MASSA TUBUH)
Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa (usia 18 tahun ke atas) merupakan masalah penting, karena selain mempunyai resiko penyakit-penyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi produktifitas kerja. Oleh karena itu, pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan secara berkesinambungan. Salah satu cara adalah dengan mempertahankan berat badan yang ideal atau normal.Di Indonesia khusunya, cara pemantauan dan batas berat badan normal orag dewasa belum jelas mengacu pada patokan tertentu. Sejak tahun 1958 digunakan cara perhitungsn berat badan normal berdasarkan rumus :
Berat badan normal = (Tinggi badan-100) – 10% (tinggi badan-100)
Atau
0,9 x (tinggi badan-100)
Dengan batasan :
Nilai minimum : 0,8 x (tinggi badan – 100) dan
Nilai maksimum : 1,1 x (tinggi badan – 100)
Ketentuan ini berlaku umum bagi laki-laki dan perempuan Atau
0,9 x (tinggi badan-100)
Dengan batasan :
Nilai minimum : 0,8 x (tinggi badan – 100) dan
Nilai maksimum : 1,1 x (tinggi badan – 100)
Berat badan yang berada di bawah atas minimum dinyatakan sebagai “under weight” atau kekurusan, dan berat badan yang berada di atas batas maksimum dinyatakan sebagai “over weight” atau kegemukan. Orang-orang yang berada di bawah ukuran berat normal mempunyai resiko terhadap penyakit infeksi, sementara yang berada diatas ukuran normal mempunyai resiko tinggi terhadap penyakit degenerative.
Laporan FAO/WHO/UNU tahun 1985 menyatakan bahwa batasan berat badan normal orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index (BMI). Di Indonesia istilah Body Mass Index diterjemahkan menjadi Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khusunya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebih panjang.
Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur diatas 18 tahun. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan. Disamping itu pula IMT tidak bias diterapkan pada keadaan khusus (penyakit) lainnya seperti adanya edema, asites dan hepatomegali.
RUMUS PERHITUNGAN IMT ADALAH SEBAGAI BERIKUT :
IMT = Berat badan (kg)
Tinggi badan (m) x tinggi badan (m)
Atau
Berat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m)
Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/WHO, yang membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan. Batas ambang normal laki-laki adalah 20,1-25,0 dan untuk perempuan adalah 18,7-23,8. Untuk kepentingan pemantauan dan tingkat defisiensi energi ataupun tingkat kegemukan, lebih lanjut FAO/WHO menyarankan menggunakan satu batas ambang antara laki-laki dan perempuan. Ketentuan yang digunakan adalah menggunakan ambang batas laki-laki untuk kategori kurus tingkat berat dan menggunakan ambang batas pada perempuan untuk kategori gemuk tingkat berat.IMT = Berat badan (kg)
Tinggi badan (m) x tinggi badan (m)
Atau
Berat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m)
Untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian di beberapa Negara berkembang. Akhirnya diambil kesimpulan ambang batas IMT untuk Indonesia adalah seperti table 3-3.
batas IMT untuk Indonesia adalah seperti table 3-3.
Cara menghitung IMT :
- Eva dengan tinggi badan 147 cm dengan berat badan 39 kg.
IMT Eva : 39 = 39 = 18,05
(1,47) x (1,47) 2,16
Tabel 3-3. Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia (Sumber : Depkes, 1994, Pedoman Praktis Pematauan Status Gizi Orang Dewasa, Jakarta. Hlm. 4).
Kategori | IMT | |
Kurus | Kekurangan berat badan tingkat berat | <17,0 |
Kekurangan berat badan tingkat ringan | 17,0-18,5 | |
Normal | >18,5-25,0 | |
Gemuk | Kelebihan berat badan tingkat ringan | >25,0-27,0 |
Kelebihan berat badan tingkat berat | >27,0 |
Dalam hal ini Eva termasuk kategori kekurangan berat badan atau Kurang Energi Kronis (KEK) ringan. Oleh karena itu, Eva harus menaikkan berat badannya sehingga mencapai 40 kg sampai dengan 54 kg.
2. Dwita dengan berat badan 72 kg dan tinggi 160 cm.
IMT Dwita : 72 = 72 =28,12
(1,6) x (1,6) 2,56
Dalam hal ini dwita termasuk gemuk/kelebihan berat badan tingkat berat. Oleh karena itu Dwita harus dapat menurunkan berat badannya agar mencapai 48 kg sampai dengan 64 kg.IMT Dwita : 72 = 72 =28,12
(1,6) x (1,6) 2,56
Berat badan normal adalah idaman bagi setiap orang agar mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Keuntungan apabila berat badan normal adalah penampilan baik, lincah dan resiko sakit rendah. Berat badan yang kurang dan berlebihan akan menimbulkan resiko terhadap berbagai macam penyakit. Kerugian dari keadaan berat badan kurang dan kelebihan dapat dilihat pada Tabel 3-4.
Suyono S. dan Samsuridjal DJ. Pada Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi tahun 1993 mengungkapkan tingkat resiko berbagai kategori dari IMT. Resiko penyakit jantung dengan kelompok IMT dapat dilihat pada table 3-5.
Tabel 3-4. Kategori Berat Badan Kurang dan Berat Badan Berlebihan (Sumber : Depkes RI, 1994. Pedoman Praktis Memantau Status Gizi Orang Dewasa, Jakarta).
Berat Badan | Kerugian |
Kurang (kurus) |
· Penyakit infeksi · Depresi · Anemia · Diare
|
Kelebihan (gemuk) |
· Jantung dan pembuluh darah · Kencing manis (diabetes mellitus) · Tekanan darah tinggi · Gangguan sendi dan tulang · Gangguan ginjal · Gangguan kandungan empedu · Kanker
|
Tabel 3-5. Resiko Relatif Penyakit Jantung dengan kelompok IMT
IMT | 20-25 | >25-30 | >30-35 | >35-40 | >40 |
Kelompok | 0 | I | II | III | IV |
Resiko | Sangat Rendah | Rendah | Sedang | Tinggi | Sangat Tinggi |
Jumlah Sel Lemak | Normal | Normal | Normal (naik) | Naik | Naik |
1. BB (BERAT BADAN)
BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U)
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitive terhadap perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan adalah parameter antroprometri yang sangat labil.
Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal, terdapat 2 kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan karakterisitik berat badan ini, maka indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini (current nutritional status)
- Kelebihan Indeks BB/U
Indeks BB/U mempunyai beberapa kelebihan antara lain:
v Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum
v Baik untuk mengatur status gizi akut atau kronis
v Berat badan dapat berfluktuasi
v Sangat sensitive terhadap perubahan-perubahan kecil
v Dapat mendeteksi kegemukan (over weight)
- Kelemahan Indeks BB/U
Disamping mempunyai kelebihan, indeks BB/U juga mempunyai beberapa kekurangan, antara lain :
v Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat edema maupun asites.
v Di daerah pedesaan yang masih terpencil dan tradisional, umur sering sulit ditaksir secara tepat karena pencatatan umur yang belum baik.
v Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak dibawah usia lima tahun.
v Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh pakaian atau gerakan anak pada saat penimbangan
v Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah social budaya setempat. Dalam hal ini orang tua tidak mau menimbang anaknya, karena dianggap seperti barang dagangan, dan sebagainya.
BERAT BADAN MENURUT TINGGI BADAN (BB/TB)
Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuha tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Jellife pada tahun 1996 telah memperkenalkan indeks ini untuk mengidentifikasi status gizi. Indeks BB/TB merupakan indicator yang baik untuk menilai status gizi saat ini (sekarang). Indeks BB/TB adalah indeks yang independen terhadap umur.
Berdasarkan sifat-sifat tersebut, indeks BB/TB mempunyai beberapa keuntungan dan kelemahan, seperti yang diuraikan di bawah ini.
- Keuntungan Indeks BB/TB
Adapun keuntungan indeks ini adalah :
Ø Tidak memerlukan data umur
Ø Dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal dan kurus).
- Kelemahan Indeks BB/TB
Kelemahan indeks ini adalah :
Ø Tidak dapat membersihkan gambaran, apakah anak tersebut pendek, cukup tinggi badan atau kelebihan tinggi badan menurut umurnya, karena factor umur tidak dipertimbangkan.
Ø Dalam praktek sering mengalami kesulitan dalam melakukan pengukuran panjang/tinggi badan pada kelompok balita.
Ø Membutuhkan 2 macam alat ukur
Ø Pengukuran relative lebih lama
Ø Membutuhkan 2 orang untuk melakukannya
Ø Sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil pengukuran, terutama bila dilakukan oleh kelompok non-profesional.
3. LLA (LINGKARAN LENGAN ATAS)
Lingkaran lengan atas (LLA) dewasa ini memang merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena mudah dilakuakan dan tidak memerlukan alat-alat yang sulit diperoleh dengan harga yang lebih murah. Akan tetapi ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, terutama jika digunakan sebagai pilihan tunggal untuk indeks status gizi.
A. LLA PADA WANITA USIA SUBUR
Menurut Depkes RI (1994) pengukuran LLA pada kelompok wanita usia subur (WUS) adalah salah satu cara deteksi dini yang mudah dan dapat dilaksanakan oleh masyarakat awam, untuk mengetahui kelompok beresiko Kekurangan Energi Kronis (KEK). Wanita usia subur adalah wanita usia 15-45 tahun.
Pengertian
Pengukuran LLA adalah suatu cara untuk mengetahui resiko kekurangan Energi Protein (KEP) wanita usia subur (WUS). Pengukuran LLA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek. Pengukuran LLA digunakan karena pengukurannya sangat mudah dan dapat dilakukan oleh siapa saja.
Tujuan
Beberapa tujuan pengukuran LLA adalah mencakup masalah WUS baik ibu hamil maupun calon ibu, masyarakat umum dan peran pertugas lintas sektoral. Adapun tujuan tersebut adalah :
ü Mengetahui resiko KEK WUS, baik ibu hamil maupun calon ibu, untuk menapis wanita yang mempunyai resiko melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR)
ü Mengembagkan gagasan baru di kalangan masyarakat dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak.
ü Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran WUS yang menderita KEK.
Cara Mengukur LLA
Pengukuran LLA dilakukan melalui urut-urutan yang telah dittrapkan. Ada 7 urutan pengukuran LLA, yaitu :
a. Tetapkan posisi bahu dan siku
b. Letakkan pita antara bahu dan siku
c. Tentukan titik tengah lengan
d. Lingkarkan pita LLA pada tengah lengan
e. Pita jangan terlalu ketat
f. Pita jangan terlalu longgar
g. Cara pembacaan skala yang benar
- LINGKAR LENGAN ATAS MENURUT UMUR (LLA/U)
Lingkar lengan atas memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit. Lingkar lengan atas berkorelasi dengan indeks BB/U maupun BB/TB. Lingkar lengan atas merupakan parameter antropometri yang sangat sederhana dan mudah dilakuakan oleh tenaga yang bukan professional. Kader Posyandu dapat melakukan pengukuran ini.
- Keuntungan indeks LLA/U
ü Indikator yang baik untuk menilai KEP berat
ü Alat ukur murah, sangat ringan, dan dapat dibuat sendiri
- Kekurangan indeks LLA/U
ü Hanya dapat mengidentifikasi anak dengan KEP berat
ü Sulit menentukan ambang batas
4. HEAD TO TOE
- Lingkar Kepala
Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak secara praktis, yang biasanya untuk memeriksa keadaan pathologi dari besarnya kepala atau peningkatan ukuran kepala. Contoh yang sering digunakan adalah kepala besar (Hidrosefalus) dan kepala kecil (Mikrosefalus).
- Lingkar Dada
Biasanya dilakukan pada anak yang berumur 2 sampai 3 tahun, karena rasio lingkar kepala dan lingkar dada sama pada umur 6 bulan. Setelah umur ini, tulang tengkorak tumbuh secara lambat dan pertumbuhan dada lebih cepat. Umur antara 6 bulan dan 5 tahun, rasio lingkar kepala dan dada adalah kurang dari satu, hal ini dikarenakan akibat kegagalan perkembangan dan pertumbuhan, atau kelemahan otot dan lemak pada dinding dada. Ini dapat digunakan sebagai indicator dalam menetukan KEP pada anak balita.
- Rasio Lingkar Pinggang dengan Pinggul
Banyaknya lemak dalam perut menunjukkan ada beberapa perubahan metabolisme termasuk daya tahan terhadap insulin dan meningkatnya produksi asam lemak bebas, dibanding dengan banyaknya lemak bawah kulit atau pada kaki dan tangan. Perubahan metabolisme ini memberikan gambaran tentang pemeriksaan penyakit yang berhubungan dengan perbedaan distribusi lemak tubuh. Untuk melihat hal tersebut, ukuran yang telah umum digunakan adalah rasio pinggang dengan pinggul.
- Pemeriksaan Fisik
- Palpasi (menekan/meraba) - secara umum untuk mengetahui apakah ada massa (benjolan), nyeri tekan, konsistensi, denyut nadi, dll.
- Perkusi (pemeriksaan dengan mengetukkan jari pada jari tangan yang lagi satu yang diletakkan pada bagian tubuh yang diperiksa).
- Auskultasi (mendengarkan dengan stetoskop).
- Kadang ada pemeriksaan lainnya, seperti movement (pergerakan), misalnya untuk memeriksa jangkauan gerakan sendi atau kekuatan otot, dan lain sebainya.
1 komentar:
follow blog aq jg yah...
healthykesehatanindonesia.blogspot.com
thanks
:)
Posting Komentar